POTENSI ANDALAN BAWEAN (2)
Seluruh pantai di sekeliling Pulau Bawean berpotesi menjadi wisata bahari, khususnya diving. Keindahan batu karangnya tidak kalah dengan di Bonaken. Di beberapa sisi pantai Pulau Putri (julukan Pulau Bawean) ini kita juga bisa menikmati sanset atau sunrise seperti di Bali. Menariknya, Bawean juga dikelilingi pulau-pulau kecil yang elok dan layak untuk dibangun sebuah resort. Belum lagi dataran tingginya, view-nya memenuhi syarat jika dibangun sebuah villa.
OLEH ASEPTA YP
Berdasarkan data dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pariwisata Bawean, ribuan turis dari mancanegara berkunjung ke Bawean, mayoritas berasal dari Malaysia, Singapura, Australia, dan ada juga turis-turis dari benua Eropa. Tidak jarang juga, turis-turis asing yang melancong dari Bali hendak ke Batam dengan menggunakan kapal, singgah di Pulau Bawean untuk menikmati keindahan alamnya.
Sebenarnya banyak investor dari asing, seperti Australia dan Kanada terpesona dengan sajian alam Pulau Bawean. Mereka tertarik untuk mengembangkan wisata Bawean, termasuk membangun resort di sejumlah pulau-pulau kecil yang mengelilingi Pulau Bawean. Tapi, investor-investor mancanegara tersebut langsung mundur ketika melihat infrastruktur jalan dan listrik di Bawean sangat tidak memadai.
Jalan lingkar Bawean yang panjangnya 56 kilomater mengelilingi Pulau Bawean, sekitar 80 persen rusak parah. Tidak ada lagi aspal, hanya bebatuan terjal yang banyak ditemukan di jalan utama Bawean itu. Kondisinya justru jauh lebih bagus jalan-jalan poros desa. Listrik di Bawean pun bergiliran, bahkan di sejumlah dearah hingga kini ada yang belum teraliri listrik dari PLN. Di wilayah kota, seperti Sangkapura dan Tambak, listriknya dua hari menyala satu hari padam. Saat listrik giliran menyala pun tidak 24 jam penuh, hanya 16,5 jam menyala mulai 15.30 WIB hingga pukul 10.00 WIB.
Kepala UPT Pariwisata Bawean, Sulaiman Efendy membenarkan jika semua pantai sekeliling Pulau Bawean bisa dijadikan objek wisata. “Banyak wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bawean untuk menikmati keindahan pantai dan terumbu karangnya. Pulau Bawean hingga saat ini masih dikelilingi terumbu karang yang menakjubkan. Berdasarkan penelitian dari perguruan tinggi ITS Surabaya beberapa tahun lalu, keindahan terumbu karang yang mengelilingi Pulau Bawean tidak kalah dengan terumbu karang yang ada di Bunaken,” katanya.
Saat ini yang menjadi jujukan para wisatawan baik lokal maupun mancanegara yang berniat menikmati terumbu karang adalah di pantai Pulau Gili, salah satu pulau kecil berada di sebelah barat pulau Bawean. Menurut Efendy, Pulau yang hanya bisa dijangkau dengan menaiki perahu itu pantai pasir putihnya sangat indah dan bersih.
“Kalau pagi ada perahu yang melayani warga Pulau Gili ke pasar di Pulau Bawean, ongkosnya Rp 5.000 sekali seberang, tapi jika kita hendak menyewa perahu biayanya sekitar Rp 100 ribu. Keberadaannya yang berada di tengah laut inilah yang semakin mempercantik Pulau Gili,” kata Efendy sambil menambahkan jika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor sekitar awal bulan April lalu penelitian terumbu karang di laut-laut Bawean.
Selain di Pulau Gili, setiap tiga bulan sekali terkadang ada turis dari mancanegara yang datang untuk menyelam di laut sekitar Pulau Noko, pulau kecil berada di tenggara Pulau Bawean. Biasanya mereka berasal dari Kanada dan Australia. Terakhir, adalah mahasiswa dari Autralisa. “Ketika kami ajak berenang di pantai Pulau Noko, mereka enggan diajak pulang, katanya air laut di Pulau Noko belum tercemar, makanya mereka betah berlama-lama,” kata Efendy.
Selain berenang, dia menambahkan, para mahasiswa itu juga mandi matahari atau berjemur di Pulau Noko. “Tapi saat berenang dan berjemur mereka tidak mengenakan bikini seperti di Bali, mereka menghormati warga setempat yang memang enggan dimasuki kebiasaan-kebiasaan seperti itu, religiusitas masyarakat Bawean sangat kental. Mrereka mengenakan baju renang terusan, jika memakai bikini mereka bakal dilarang berenang atau berjemur oleh warga,” kata pria berkumis tebal itu.
Ditambahkan Efendy, Pantai Mayangkara yang saat ini telah rusak karena tidak ada perhatian dari pemerintah sbelumnya juga ramai dikunjungi wisatawan, seperti umumnya di pantai-pantai yang ada di Bawean, pengunjung ke Pantai Mayangkara juga diving selain menikmati keindahan pantainya. “Biasanya dulu klub penyelam dari PT Petrokimia Gresik sering menyelam ke Pantai Mayangkara ini,” katanya.
Tapi kini, kondisi Pantai Mayangkara rusak, pasir-pasir di pantai yang berada di Desa Kepuh Teluk Kec. Tambak ini banyak diambil warga setempat untuk bangunan. Selain itu, dulu di Pantai Mayangkara ada sebuah lapangan yang menjadi tempat camping wisatawan yang berkunjung, tapi lapangan itu sekarang hilang terkena abrasi air laut. Kendati Pantai Mayangkara saat ini kondisinya telah rusak, tapi terumbu karang yang berada di pantai tersebut masih utuh, kata Efendy.
Ada lagi pantai yang sering dikunjungi wisatawan, yaitu pantai pasir putih di Desa Sukaoneng Kec. Tambak. “Di sana kondisi pantainya masih sangat bagus, tapi tidak mendapat perhatian dari pemerintah, jalan menuju pantai pasir putih Sukaoneng itu adalah jalan setapak. Sekitar dua kilometer kita harus jalan kaki, dulu masih bisa dilewati sepeda motor, tapi sekarang sudah rusak parah dan harus jalan kaki,” tandas Efendy.
Seluruh laut di Pulau Bawean adalah paket pariwisata, khususnya taman lautnya, tapi sayang pemerintah setempat seakan mengabaikan potensi andalan yang mestinya bisa seperti Bali jika digarap dengan serius. “Untuk menikmati terumbu karang waisatawan biasanya membawa alat selam sendiri, pemerintah tidak menyediakan fasilitas ini, jadi tidak semua wisatawan bisa menikmati keindahan terumbu karang yang mengelilingi Pulau Bawean,” ungkap Efendy.
Untuk menikmati pantai Pulau Bawean ada beberapa cara yang bisa ditempuh, naik speadboad, jalan kaki, atau menggunakan kendaraan darat jika hanya ingin menikmati pantai-patai tertentu. Apabila mengendarai speadboad membutuhkan waktu sehari untuk bisa menikmati pantai di Bawean, tapi sayang, dikatakan Efendy, jika ingin menikmati laut Bawean dengan spedboat, pengunjung harus membawa sendiri, seperti LIPI beberapa waktu lalu.
Jika mengendarai kendaraan darat, pengunjung harus menyewa mobil atau sepeda motor, sebab di Bawean angkutan umum terbatas. Biasanya, angkutan umum hanya beroperasi hingga pukul sepuluh pagi, atau apabila ada kedatangan kapal. Jika menyewa mobil ongkonya sekitar Rp 400 ribuan sehari, jika menyewa sepeda motor cukup murah Rp 25 ribu per hari.
Sebenarnya, jika wisatawan ingin menikmati pantai Bawean secara utuh, harus ditembuh dengan jalan kaki menyisiri pantai, jika ditempuh dengan jalan kaki menghabiskan waktu dua hari dua malam, artinya harus membawa peralatan camping dan persediaan makanan.
Di sisi lain, Pulau Bawean mirip dengan Pulau Lombok, sebab Pulau Bawean juga dikelilingi pulau-pulau kecil, di sebelah timur Pulau Bawean ada Pulau Gili, sebelah selatan ada Pulau Selayar, Pulau Noko, Pulau Menuri, dan Pulau Beci, sedangkan di sebelah barat Pulau Bawean ada Pulau Nusa, Pulau Birang-Birang, Pulau Tanjung Cina, dan di sebelah barat daya Pulau Bawean ada Pulau Karangbilla.
Untuk menuju pulau-pulau tersebut, ada yang harus ditempuh dengan menggunakan perahu, ada juga yang cukup berjalan ketika air laut agak surut, misalnya ke Pulau Tanjung Cina. Pastinya, semua pulau kecil itu memiliki keindahan pantai dan terumbu karang yang menjanjikan apabila dikembangkan untuk objek wisata. Beberapa diantaranya juga layak apabila dibangun resort, seperti di Pulau Gili, Pulau Selayar, dan Pulau Nusa.
Sementara itu, ada salah satu lagi tanjung, yaitu Tanjung Anyar yang sebenarnya sangat indah dan juga potensi untuk dibangun villa atau resort, namun hingga kini masih “perawan” alias belum tergarap. Kendati belum ada sentuhan pembangunan, tanjung yang berada di Desa Lebak Kec. Sangkapura ini sekarang menjadi jujugan warga setempat berlibur, tidak jarang juga para pejabat yang berkungjung ke Bawean menghabiskan waktu santainya sambil bakar-bakar ikan di tanjung Anyar.
Bagian ujung Tanjung adalah bukit, pebandangannya luar biasa, sepanjang mata kita memandang, kita mendapat sajian peandangan laut yang masih alami, di sini kita juga bisa menikmati matahari tenggelam, jadi sangat pas apabila dibangun sebuah resort. Di bagian leher tanjung Alalng-Alang menyempit, jadi di sebelah barat dan timur leher tanjung ini adalah pantai yang jarak keduanya tidak lebih dari 50 meter. Di sinlah para pejabat terkadang menggelar acara bakar-bakar ikan.
Tidak hanya di tanjung Anyar, sejumlah bukit atau gunung yang menjulang tinggi di Bawean berbatasan langsung dengan pantai. Dari atas gunung atau bukit, pantai menjadi sajian yang menakjubkan, di sejumlah bukit atau gunung yang berada di sisi barat dan timur Pulau Bawean ini juga sangat cocok untuk dibangun villa apabila infrastrukturnya mendukung.
Sedangkan, salah satu tokoh masyarakat di Pulau Gili - Bawean, Tikam mengaku welcome apabila ada investor baik asing maupun lokal yang birniat mengembangkan wisata di Pulau Gili, termasuk membangun resort di pulau yang berpenduduk sekitar 1.500 jiwa itu. “Asalkan mereka tidak merusak alam yang ada di Pulau Gili, tidak memindahkan penduduk Pulau Gili ke tempat lain, selain itu tidak membawah budaya-budaya negatif, jika itu disanggupi kami sangat menerima jika ada investor yang berniat mengembangkan Pulau Gili,” kata pria 50 tahun itu.
OLEH ASEPTA YP
Berdasarkan data dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pariwisata Bawean, ribuan turis dari mancanegara berkunjung ke Bawean, mayoritas berasal dari Malaysia, Singapura, Australia, dan ada juga turis-turis dari benua Eropa. Tidak jarang juga, turis-turis asing yang melancong dari Bali hendak ke Batam dengan menggunakan kapal, singgah di Pulau Bawean untuk menikmati keindahan alamnya.
Sebenarnya banyak investor dari asing, seperti Australia dan Kanada terpesona dengan sajian alam Pulau Bawean. Mereka tertarik untuk mengembangkan wisata Bawean, termasuk membangun resort di sejumlah pulau-pulau kecil yang mengelilingi Pulau Bawean. Tapi, investor-investor mancanegara tersebut langsung mundur ketika melihat infrastruktur jalan dan listrik di Bawean sangat tidak memadai.
Jalan lingkar Bawean yang panjangnya 56 kilomater mengelilingi Pulau Bawean, sekitar 80 persen rusak parah. Tidak ada lagi aspal, hanya bebatuan terjal yang banyak ditemukan di jalan utama Bawean itu. Kondisinya justru jauh lebih bagus jalan-jalan poros desa. Listrik di Bawean pun bergiliran, bahkan di sejumlah dearah hingga kini ada yang belum teraliri listrik dari PLN. Di wilayah kota, seperti Sangkapura dan Tambak, listriknya dua hari menyala satu hari padam. Saat listrik giliran menyala pun tidak 24 jam penuh, hanya 16,5 jam menyala mulai 15.30 WIB hingga pukul 10.00 WIB.
Kepala UPT Pariwisata Bawean, Sulaiman Efendy membenarkan jika semua pantai sekeliling Pulau Bawean bisa dijadikan objek wisata. “Banyak wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bawean untuk menikmati keindahan pantai dan terumbu karangnya. Pulau Bawean hingga saat ini masih dikelilingi terumbu karang yang menakjubkan. Berdasarkan penelitian dari perguruan tinggi ITS Surabaya beberapa tahun lalu, keindahan terumbu karang yang mengelilingi Pulau Bawean tidak kalah dengan terumbu karang yang ada di Bunaken,” katanya.
Saat ini yang menjadi jujukan para wisatawan baik lokal maupun mancanegara yang berniat menikmati terumbu karang adalah di pantai Pulau Gili, salah satu pulau kecil berada di sebelah barat pulau Bawean. Menurut Efendy, Pulau yang hanya bisa dijangkau dengan menaiki perahu itu pantai pasir putihnya sangat indah dan bersih.
“Kalau pagi ada perahu yang melayani warga Pulau Gili ke pasar di Pulau Bawean, ongkosnya Rp 5.000 sekali seberang, tapi jika kita hendak menyewa perahu biayanya sekitar Rp 100 ribu. Keberadaannya yang berada di tengah laut inilah yang semakin mempercantik Pulau Gili,” kata Efendy sambil menambahkan jika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor sekitar awal bulan April lalu penelitian terumbu karang di laut-laut Bawean.
Selain di Pulau Gili, setiap tiga bulan sekali terkadang ada turis dari mancanegara yang datang untuk menyelam di laut sekitar Pulau Noko, pulau kecil berada di tenggara Pulau Bawean. Biasanya mereka berasal dari Kanada dan Australia. Terakhir, adalah mahasiswa dari Autralisa. “Ketika kami ajak berenang di pantai Pulau Noko, mereka enggan diajak pulang, katanya air laut di Pulau Noko belum tercemar, makanya mereka betah berlama-lama,” kata Efendy.
Selain berenang, dia menambahkan, para mahasiswa itu juga mandi matahari atau berjemur di Pulau Noko. “Tapi saat berenang dan berjemur mereka tidak mengenakan bikini seperti di Bali, mereka menghormati warga setempat yang memang enggan dimasuki kebiasaan-kebiasaan seperti itu, religiusitas masyarakat Bawean sangat kental. Mrereka mengenakan baju renang terusan, jika memakai bikini mereka bakal dilarang berenang atau berjemur oleh warga,” kata pria berkumis tebal itu.
Ditambahkan Efendy, Pantai Mayangkara yang saat ini telah rusak karena tidak ada perhatian dari pemerintah sbelumnya juga ramai dikunjungi wisatawan, seperti umumnya di pantai-pantai yang ada di Bawean, pengunjung ke Pantai Mayangkara juga diving selain menikmati keindahan pantainya. “Biasanya dulu klub penyelam dari PT Petrokimia Gresik sering menyelam ke Pantai Mayangkara ini,” katanya.
Tapi kini, kondisi Pantai Mayangkara rusak, pasir-pasir di pantai yang berada di Desa Kepuh Teluk Kec. Tambak ini banyak diambil warga setempat untuk bangunan. Selain itu, dulu di Pantai Mayangkara ada sebuah lapangan yang menjadi tempat camping wisatawan yang berkunjung, tapi lapangan itu sekarang hilang terkena abrasi air laut. Kendati Pantai Mayangkara saat ini kondisinya telah rusak, tapi terumbu karang yang berada di pantai tersebut masih utuh, kata Efendy.
Ada lagi pantai yang sering dikunjungi wisatawan, yaitu pantai pasir putih di Desa Sukaoneng Kec. Tambak. “Di sana kondisi pantainya masih sangat bagus, tapi tidak mendapat perhatian dari pemerintah, jalan menuju pantai pasir putih Sukaoneng itu adalah jalan setapak. Sekitar dua kilometer kita harus jalan kaki, dulu masih bisa dilewati sepeda motor, tapi sekarang sudah rusak parah dan harus jalan kaki,” tandas Efendy.
Seluruh laut di Pulau Bawean adalah paket pariwisata, khususnya taman lautnya, tapi sayang pemerintah setempat seakan mengabaikan potensi andalan yang mestinya bisa seperti Bali jika digarap dengan serius. “Untuk menikmati terumbu karang waisatawan biasanya membawa alat selam sendiri, pemerintah tidak menyediakan fasilitas ini, jadi tidak semua wisatawan bisa menikmati keindahan terumbu karang yang mengelilingi Pulau Bawean,” ungkap Efendy.
Untuk menikmati pantai Pulau Bawean ada beberapa cara yang bisa ditempuh, naik speadboad, jalan kaki, atau menggunakan kendaraan darat jika hanya ingin menikmati pantai-patai tertentu. Apabila mengendarai speadboad membutuhkan waktu sehari untuk bisa menikmati pantai di Bawean, tapi sayang, dikatakan Efendy, jika ingin menikmati laut Bawean dengan spedboat, pengunjung harus membawa sendiri, seperti LIPI beberapa waktu lalu.
Jika mengendarai kendaraan darat, pengunjung harus menyewa mobil atau sepeda motor, sebab di Bawean angkutan umum terbatas. Biasanya, angkutan umum hanya beroperasi hingga pukul sepuluh pagi, atau apabila ada kedatangan kapal. Jika menyewa mobil ongkonya sekitar Rp 400 ribuan sehari, jika menyewa sepeda motor cukup murah Rp 25 ribu per hari.
Sebenarnya, jika wisatawan ingin menikmati pantai Bawean secara utuh, harus ditembuh dengan jalan kaki menyisiri pantai, jika ditempuh dengan jalan kaki menghabiskan waktu dua hari dua malam, artinya harus membawa peralatan camping dan persediaan makanan.
Di sisi lain, Pulau Bawean mirip dengan Pulau Lombok, sebab Pulau Bawean juga dikelilingi pulau-pulau kecil, di sebelah timur Pulau Bawean ada Pulau Gili, sebelah selatan ada Pulau Selayar, Pulau Noko, Pulau Menuri, dan Pulau Beci, sedangkan di sebelah barat Pulau Bawean ada Pulau Nusa, Pulau Birang-Birang, Pulau Tanjung Cina, dan di sebelah barat daya Pulau Bawean ada Pulau Karangbilla.
Untuk menuju pulau-pulau tersebut, ada yang harus ditempuh dengan menggunakan perahu, ada juga yang cukup berjalan ketika air laut agak surut, misalnya ke Pulau Tanjung Cina. Pastinya, semua pulau kecil itu memiliki keindahan pantai dan terumbu karang yang menjanjikan apabila dikembangkan untuk objek wisata. Beberapa diantaranya juga layak apabila dibangun resort, seperti di Pulau Gili, Pulau Selayar, dan Pulau Nusa.
Sementara itu, ada salah satu lagi tanjung, yaitu Tanjung Anyar yang sebenarnya sangat indah dan juga potensi untuk dibangun villa atau resort, namun hingga kini masih “perawan” alias belum tergarap. Kendati belum ada sentuhan pembangunan, tanjung yang berada di Desa Lebak Kec. Sangkapura ini sekarang menjadi jujugan warga setempat berlibur, tidak jarang juga para pejabat yang berkungjung ke Bawean menghabiskan waktu santainya sambil bakar-bakar ikan di tanjung Anyar.
Bagian ujung Tanjung adalah bukit, pebandangannya luar biasa, sepanjang mata kita memandang, kita mendapat sajian peandangan laut yang masih alami, di sini kita juga bisa menikmati matahari tenggelam, jadi sangat pas apabila dibangun sebuah resort. Di bagian leher tanjung Alalng-Alang menyempit, jadi di sebelah barat dan timur leher tanjung ini adalah pantai yang jarak keduanya tidak lebih dari 50 meter. Di sinlah para pejabat terkadang menggelar acara bakar-bakar ikan.
Tidak hanya di tanjung Anyar, sejumlah bukit atau gunung yang menjulang tinggi di Bawean berbatasan langsung dengan pantai. Dari atas gunung atau bukit, pantai menjadi sajian yang menakjubkan, di sejumlah bukit atau gunung yang berada di sisi barat dan timur Pulau Bawean ini juga sangat cocok untuk dibangun villa apabila infrastrukturnya mendukung.
Sedangkan, salah satu tokoh masyarakat di Pulau Gili - Bawean, Tikam mengaku welcome apabila ada investor baik asing maupun lokal yang birniat mengembangkan wisata di Pulau Gili, termasuk membangun resort di pulau yang berpenduduk sekitar 1.500 jiwa itu. “Asalkan mereka tidak merusak alam yang ada di Pulau Gili, tidak memindahkan penduduk Pulau Gili ke tempat lain, selain itu tidak membawah budaya-budaya negatif, jika itu disanggupi kami sangat menerima jika ada investor yang berniat mengembangkan Pulau Gili,” kata pria 50 tahun itu.
0 comments:
Posting Komentar