HEADLINE
1 2 3 4 5

Selasa, 08 Maret 2011

Terumbu Karang Bawean Seindah Bunaken

Ingat Bunaken, pasti teringat surga lautnya. Dan, Bawean memiliki potensi terumbu karang yang tidak kalah indah pesonanya dengan taman laut di Teluk Manado tersebut.



OLEH ASEPTA YP

Berdasarkan data Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan (DKPP) Kabupaten Gresik sedikitnya 67 persen terumbu karang di laut kota giri ini sudah rusak karena jaring trawl dan pencemaran, tapi hanya di Bawean saja yang masih untuh. Terumbu karang di Bawean kondisinya tetap bagus meskipun di beberapa daerah di Indonesia memutih atau mengalami coral bleaching akibat pemanasan global.

Laut Pulau Bawean yang juga dikenal dengan sebutan Pulau Putri ini belum terjamah, alias masih alami. Di pulau berjarak 81 mil dari Pelabuhan Gresik belum satupun berdiri pabrik-pabrik dengan polutan berbahaya seperti di jantung kota Gresik yang sudah berjubel industri besar, termasuk milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Selama ini, cara menangkap ikan para nelayan di Bawean pun masih tradisional, menangkap binatang bersirip tersebut dengan memancing dan jaring tradisional. Nelayan di Bawean takut menggunakan pukat harimau, karena perahu mereka akan dibakar jika tertangkap basah menggunakan jaring trawl. Ini sudah menjadi peraturan adat yang tidak tertulis bagi para nelayan Bawean.

Jadi wajar, jika kondisi lautnya masih bersih, airnya tampak biru, dan tidak jarang pula beberapa terumbu karang di dasar laut tampak dari permukaan, saking beningnya air laut di Bawean. Di beberapa pantai terdapat hamparan pasir putih, mempercantik paronama alam Bawean. Saat ini seringkali wisatawan yang berlayar dari Bali menuju ke Batam mampir ke Bawean untuk sekedar menikmati keindahan alamnya.

“Kondisi terumbu karang di Bawean masih utuh dan sangat bagus, keanegarakaman dan pesonanya tidak kalah dengan taman laut di Bunaken. Dan ini bisa menjadi alternatif bagi para wisatawan yang menggilai snorkeling atau diving,” kata Iwan Lukito, Kepala Bidang Kelautan pada DKPP Kabupaten Gresik.

Beberapa saat lalu, dia menambahkan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) datang ke Bawean melakukan penelitian. Selama 20 hari tim dari LIPI melakukan penyelaman, hasil sementara peneliti dari LIPI membenarkan jika populasi di laut Bawean, mulai dari terumbu karang, ikan, dan tumbuhan lainnya sangat beraneka ragam.

“Saat ini kami masih menunggu laporan LIPI terkait hasilnya. Sedikitnya ada 90 jenis atau spesies tersembunyi di dalam laut Bawean, mulai dari tanaman, ikan, dan batu karang. Ini masih beberapa contoh saja, dalam waktu dekat laporannya sudah kami terima. Tim dari LIPI meneliti seluruh perairan di Bawean,” terangnya.

Selain itu, tambah Iwan Lukito, pihaknya bersama dengan Tim Pengawasan Sumber Daya Dari Kementerian Kelautan juga akan menyelami laut Bawean. “Kita lihat, keragaman dari terumbu karang di sana. Inilah yang akan menjadi bahan kami untuk membangun Bawean seperti di Bunaken,” tandas Iwan Lukito.

Tapi dia tidak menampik untuk saat ini masih sulit mewujudkan Bawean seperti Bunaken, karena infastruktur, khususnya jalan masih amburadul. Dia menilai saat ini wisatawan akan malas datang ke Bawean jika hanya akan snorkeling atau diving saja. Menurutnya Ini rencana jangka panjang, yang pasti Bawean mempunyai potensi yang tidak kalah dengan di Bunaken, Sulawesi.

“Dulu ada konsep membuat Bunaken kecil di Gresik, tapi kalau hanya orang datang ke Bawean untuk menyelam saja rugi, makanya Bawean masih perlu dikembangkan lagi beberapa bidang lainnya,” ujar Iwan Lukito.

Di sisi lain, Pulau Bawean mirip dengan Pulau Lombok, karena juga dikelilingi pulau-pulau kecil. Di sebelah timur Bawean ada Pulau Gili, sebelah selatan ada Pulau Selayar, Pulau Noko, Pulau Menuri, dan Pulau Beci. Sedangkan di sebelah barat Bawean ada Pulau Nusa, Pulau Birang-Birang, Pulau Tanjung Cina, dan di sebelah barat daya Bawean ada Pulau Karangbilla.

Untuk menuju pulau-pulau tersebut, ada yang harus ditempuh dengan menggunakan perahu, ada juga yang cukup berjalan ketika air laut agak surut, misalnya ke Pulau Tanjung Cina. Pastinya, semua pulau kecil itu memiliki keindahan pantai dan terumbu karang yang memanjakan pengunjung.

Sementara itu, salah satu tokoh masyarakat Bawean, Hassan Luthfi berharap rencana pengeboran minyak dan gas (migas) yang ada laut Bawean tidak merusak ekosistem laut di Bawean yang menjadi warisan langka ini. “Keseimbangan ekosistem juga harus dijaga, jangan sampai peristiwa Lapindo akan terulang di bumi Bawean. Bisa anda bayangkan bagaimana jika terjadi kebocoran minyak,, tentu seluruh pantai di Bawean yang kecil ini akan terkepung polusi dan merusak habitat di dalamnya,” tegasnya.*

0 comments:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com