HEADLINE
1 2 3 4 5

Jumat, 30 April 2010

Susah Listrik, Awam Informasi


GRESIK - Untuk memenuhi kebutuhan listrik di Bawean, APJ PLN Gresik memastikan listrik Bawean bakal menyala 24 jam paling lambat Juli tahun ini. Saat ini pihak PLN tengah menyiapkan lelang jaringan.

”Pembahasan kebutuhan listrik di Pulau Bawean dengan PLN Distribusi Jatim sudah tuntas. Kalau tidak ada persoalan yang dapat membatalkan proses lelang, kami optimistis paling lambat Juli 2010 Bawean sudah terang benderang selama 24 jam,” kata Sujarwo, Manajer PT PLN APJ Gresik, beberapa waktu lalu.

Untuk mengetahui kondisi pelistrikan di Bawean, pada akhir pekan kemarin Surabaya Post mengunjungi pulau yang masuk wilayah Kabupaten Gresik tersebut. Kenyataannya, masyarakat Pulau Putri (julukan Bawean) memang sangat membutuhkan aliran listrik.

"Di Teluk Jatidawang tidak ada listrik. Untuk penerangan, warga setempat menggunakan listrik dari genset, itu pun hanya segelintir orang yang bisa memiliki genset, biasanya mereka tergolong kaya. Warga miskin yang tidak memiliki genset seperti saya, terpaksa numpang minta listrik dari tetangga yang mempunyai genset. Untuk sebuah lampu kita harus membayar Rp 30 ribu-Rp 35 ribu per bulan,” kata Zainal Arifin (22) warga Dusun Dedawang Desa Teluk Jatidawang Kec. Tambak.

Rata-rata di setiap rumah warga hanya memiliki sebuah lampu untuk menerangi di ruang tamu, dan paling banyak dua lampu, tapi lampu itu tidak menyala 24 jam nonstop. “Setiap harinya, listrik dari genset dinyalakan mulai pukul enam sore (18.00 WIB) dan dipadamkan pukul 10 malam (22.00 WIB), kalau tengah malam pasti gelap gulita, tidak ada penerangan sama sekali di Teluk Jatidawang, sebenarnya kami keberatan membayar Rp 35 ribu untuk sebuah lampu selama empat jam, tapi itu terpaksa,” kata Zainal.

Karena susahnya mendapatkan listrik, warga awam dengan informasi yang berkembang di luar Bawean. “Di sini orang yang memiliki televisi jumlahnya terbatas, bagi orang kampung yang tidak mempunyai televisi seperti saya, terkadang numpang nonton di rumah tetangga,” ujar Zainal lantas menambahkan untuk memiliki televisi harus membayar listrik Rp 50 ribu per bulan untuk satu pesawat televisi.

Sejak awal tahun 2000-an, kata Zainal, sebenarnya pemerintah sudah berkali-kali menjanjikan bakal ada listrik dari PLN, tapi hingga kini janji itu belum terealisasi. Tiang listrik yang terpasang sejak tahun 2002 lalu hingga kini masih juga menganggur.

Hj Rasuah (52) warga Desa Tambak Kec. Tambak mengaku di tempat tinggalnya yang berada di wilayah kota kecamatan itu memang ada listrik dari PLN, tapi bergiliran, menyala dua malam, padam semalam. Ketika giliran menyala, itu pun tidak 24 jam nonstop.

“Di rumah saya, listrik PLN hanya menyala 16,5 jam per hari ketika mendapat giliran hidup, mulai pukul setengah enam (15.30 WIB) hingga pukul sepuluh pagi (10.00 WIB), kalau siang semua kegiatan yang membutuhkan listrik harus berhenti,” kata Hj Rasuah.

Sujarwo, Manajer PT PLN APJ Gresik, mengakui selama ini untuk memenuhi listrik warga Bawean, Area Pelayanan Jaringan (APJ) PLN Gresik menggunakan delapan genset. Tapi itu tidak bisa menerangi seluruh Bawean. Delapan genset dengan bahan bakar solar ini hanya mampu memenuhi kebutuhan listrik 9.661 kepala keluarga. Itupun hanya 17 jam per hari, mulai pukul 17.00 hingga 10.00, apalagi saat ini hanya lima genset yang bisa beroperasi, tiga lainnya rusak. Saat ini masih ada sekitar 9.300 kepala keluarga lebih yang rumahnya belum teraliri listrik.

Saat ini kebutuhan listrik bagi 9.661 pelanggan di Bawean mencapai 2.100 kilo watt (kW). Jika jumlah pelanggan bertambah 9.300 orang, ke-butuhan energi yang harus disiapkan PT PLN mencapai 4.000 kw lagi. Untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut, pihaknya akan menambah mesin pembangkit secara bertahap. Tahap awal akan direalisasikan 2 kilo volt ampere (kVA). “Nantinya dalam jangka panjang, kami mengalihkan tenaga listrik di Bawean menjadi PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap),” paparnya. sep

Diterbitkan di Surabaya Post (29 April 2010)

0 comments:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com