HEADLINE
1 2 3 4 5

Jumat, 30 April 2010

Pemilih di Bawean Apatis


GRESIK – Sebagian besar pemilih di Bawean bersikap apatis terhadap Pilbup Gresik 2010. Sebab, mereka kecewa dengan pengalaman sebelumnya. Visi misi yang dijanjikan cabup-cawabup saat kampanye dulu hanya manis di bibir saja, realisasinya tidak ada. Buktinya, infrastruktur Bawean jauh tertinggal dengan daerah lain di Gresik.


Itu dikatakan Tikam (55), tokoh masyarakat Bawean, yang tinggal di Desa Sidogedongbatu Kecamatan Sangkapura di Pulau Gili, pulau kecil di sebelah barat Pulau Bawean. Di desa tersebut, kata Tikam, terdapat sekitar 700 warga yang mempunyai hak pilih dan hampir semua tidak tahu berapa jumlah pasangan dan siapa saja nama pasangan yang akan mereka pilih dalam coblosan 26 Mei nanti.

“Selain belum ada sosialisasi dari KPU Kabupaten Gresik, warga Pulau Gili malas disibukkan pilkada. Bagi mereka, siapa pun pasangan calon yang akan terpilih menjadi bupati dan wakil bupati nanti, akan sama saja,” ujar Tikam.

Lebih jauh Tikam mengungkapkan, hingga saat ini pemerintah seakan menutup mata dengan kondisi Pulau Gili yang terancam lenyap oleh abrasi air laut. Saat ini, sudah satu lapangan sepak bola hilang terkikis abrasi. Tapi, pemerintah tidak berbuat apa-apa. Hanya warga setempat yang berinisiatif membuat tanggul dengan menumpuk batu-batu karang agar abrasi tidak semakin meluas. “Tapi, tanggul yang telah dilakukan warga tidak bertahan lama, sebab tidak permanen, apa memang pemerintah kabupaten Gresik sengaja membiarkan Pulau Gili akan tinggal kenangan saja,” kata Tikam.

Menurut Tikam, warga di Pulau Gili mungkin hanya paham dua calon bupati saja, yaitu Sambari Halim Radianto yang diusung Golkar dan PKPI dan  Khusnul Huluq yang berangkat dari PKB, PKNU, dan PPP. Sebab, banyak poster cabup Sambari dipasang di Pulau Gili, sedangkan warga mengetahui jika Husnul Khuluq menjadi cabup lantaran diberitahu Kepala Desa Sidogedongbatu, Muhammad Nur.

“Cabup yang pernah ke Pulau Gili akhir-akhir ini adalah Sambari. Sebelumnya, Sastro Suwito juga pernah berkunjung ke Pulau Gili, tapi pada saat itu sebagai Wakil Bupati Gresik, bukan sebagai Cabup Gresik 2010,” ungkap Tikam.

Sementara itu, Hj Rasuah (52) warga Tambak Kec. Tambak, mengaku tidak tahu menahu soal pasangan calon yang menjadi peserta Pilkada Gresik 2010. Kendati demikian, dia tetap akan menggunakan hak pilihnya untuk mencoblos pada pilkada nanti. Tapi, saat ini dia mengaku belum punya pilihan, karena sekarang dia tidak mengetahui siapa saja cabup-cawabupnya.

Jangankan nama satu per satu calon peserta pilkada, jumlah pasangan yang bersaing dalam perhelatan pemilihan bupati ini pun dia menggelengkan kepala saat ditanya. “Saya cuma mengetahui ada satu calon yang mengenakan baju putih. Saya sering melihatnya di baliho, tapi saya tidak mengenal siapa namanya,” katanya sambil menambahkan jika hingga saat ini belum pernah sekali pun sosialisasi dari KPU terkait pilkada ini di pulau ini.

Karena tidak mengenal satu pun cabup dan cawabupnya, Rasuah mengaku bakal memilih sesuka hatinya saat berada di bilik suara nanti. Meski demikian, dia berharap kepada siapa pun cabup-cawabup yang terpilih nanti agar listrik dan jalan di Bawean diprioritaskan, karena kondisinya parah.

Ash’ari (34) warga Dusun Alasjati Desa Daun Kec. Sangkapura juga tidak tahu sama sekali berapa jumlah pasangan yang menjadi peserta pilkada. Menurut Ash’ari, dia dan beberapa warga lain di kampungnya hanya mengetahui cabup yang ada saat ini adalah Sambari Halim Radianto dan Samwil. “Sambari banyak posternya, kalau Samwil memang orang asli Bawean,” jelasnya.

Berbeda dengan Hj Rasuah yang tetap akan menggunakan hak pilihnya, Ash’ari memastikan tidak akan menggunakan hak pilihnya. Dia lebih memilih pergi ke Malaysia untuk menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia). “Siapa pun pemenangnya akan sama saja, kondisi keluarga kami akan tetap miskin, lebih baik saya pergi ke Malaysia untuk mencarikan rezeki buat anak saya,” kata Ash’ari.

Berdasarkan data dari Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Gresik, sekitar 90 persen warga Bawean usia produktif bekerja menjadi TKI di Malaysia dan Singapura. Dengan begitu, suara mereka terancam golput dalam pilkada mendatang. sep

Diterbitkan di Surabaya Post (28 April 2010)

0 comments:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com