GRESIK - Meskipun sejumlah kalangan berpendapat bahwa di dalam sebuah perhelatan pilkada figur atau ketokohan masing-masing calonlah yang nanti akan menentukan, tapi kekuatan partai pengusul setiap pasangan cabup-cawabup juga tidak dapat diabaikan, terlebih di daerah yang ideologis kepartaian masyarakatnya masih kuat, seperti di daerah yang menjadi basis Nahdlatul Ulama (NU).
Sebab, di daerah-daerah tersebut termasuk Gresik, partai berbasis NU selalu mendominasi pada setiap ajang pemilihan. Misalnya dalam perhelatan pemilihan legislatif (pileg) tahun 2009 lalu, lagi-lagi partai berbasis NU-lah yang banyak memimpin di parlemen Gresik. Dari sini, secara matematis sudah bisa diukur kekuatan atau modal tiap-tiap pasangan calon cabup-cawabup. Pasangan yang berangkat dari partai atau gabungan partai yang memiliki suara terbesar, bisa dikatakan telah menang start.
Rektor Universitas Gresik (UNGRES), Prof. Dr. Drs. H Sukiyat, S.H., M.Si membenarkan pemetaan itu. Di Gresik, pasangan cabup-cawabup yang bisa menyatukan atau berangkat dari partai-partai NU dikatakannya menang satu langkah, sebab mayoritas masyarakat Gresik adalah nahdliyin, atau pengikut NU.
"Pasangan Husnul Khuluq-Musyaffa' Noer (Humas) di atas kertas sudah dapat dikatakan unggul, sebab mereka berangkat dari tiga partai besar NU, yaitu PKB, PKNU, dan PPP," kata Sukiyat. Ditambah lagi, saat ini Husnul Khuluq adalah Ketua PCNU Kabupaten Gresik, pasti banyak menyedot suara-suara nahdliyin yang jumlahnya lebih dari separuh penduduk di Kabupaten Gresik.
Perhitungannya, gabungan ketiga partai besar NU tersebut ditambah ketokohan Husnul Khuluq di struktural NU bisa mengantarkan Humas menang hanya dalam satu putaran. Jika melihat perolehan suara partai dalam pileg Gresik 2009 lalu, PKB unggul dengan mendapatkan 100.670 suara, PKNU mengantongi 56.309 suara, dan PPP memperoleh 31.734 suara. Jika suara ini utuh Humas telah memiliki modal 188.713 suara, atau sekitar 21,72 persen dari daftar pemilih tetap (DPT) pilkada Gresik 2010 yang jumlahnya mencapai 868.761 pemilih.
Lebih lanjut Sukiyat memaparkan, jika seandainya seperti yang pernah dikabarkan sebelumnya, Husnul Khuluq menggandeng Syamsul Ma'arif, cawabup yang saat ini mendampingi Mohammad Nashihan, posisi Husnul Khuluq akan semakin kuat.
Sebab, Syamsul Ma'arif yang merupakan kader Golkar bisa menarik suara pemilih non-NU, khususnya pemilih di daerah selatan yang mayoritas orang nasionalis, sebab Samsyul Ma'arif sendiri asli dari wilayah selatan, yaitu Kecamatan Benjeng. Saat ini ketokohan Husnul Khuluq di kalangan nahdliyin sudah mumpuni, jadi sebenarnya tidak perlu lagi menggandeng kader yang juga dari NU seperti Musyaffa' Noer.
Sedangkan, untuk pasangan cabup-cawabup dari gabungan partai Golkar dan PKPI, Sukiyat menilai keputusan Sambari Halim Radianto menggandeng Moh. Qosim sangat tepat, sebab Qosim adalah mantan wakil ketua tanfidziyah PCNU Gresik dapat menarik suara nahdliyin. "Tapi, nanti tergantung seperti apa SQ (Sambari Halim Radianto - Moh. Qosim) mengemasnya," kata Sukiyat.
Jika tidak, SQ akan susah, sebab di berangkat dari hanya Golkar dan PKPI. Pada pileg 2009, Golkar mendapatkan 66.803 suara, PKPI memperoleh 5.402 suara. Dari kekuatan partai SQ, hanya memiliki modal 72.205 suara, atau 8,31 persen dari DPT.
Untuk cabup Bambang Suhartono, Sukiyat menilai cukup susah bisa unggul dalam perolehan suara nanti , karena Bambang Suhartono diusulkan dari PDIP. "Tidak mungkin mau orang pakai sandal jepit (nahdliyin) mau dipimpin orang merah (PDIP)," katanya. Tapi, dia menilai Bambang Suhartono cukup cerdik dengan menggandeng Abdullah Qonik dari kalangan religius sebagai wakilnya.
Menurut Sukiyat, Abdullah Qonik inilah yang nanti bakal menarik suara-suara dari nahdliyin. Tapi, lagi-lagi menurut Sukiyat tergantung Bani (Bambang Suhartono-Abdullah Qonik) mengemasnya. Jika dilihat dari gabungan partai yang memberangkatkan Bani, PDIP, Hanura, dan Partai Buruh, Bani memiliki modal 93.110 suara atau 10,72 dari DPT saat ini. Dalam pileg lalu, PDIP memperoeh suara 65.482 suara, Hanura mengantongi 20.764 suara, dan Partai Buruh 6.684 suara.
Sukiyat memprediksi, tiga pasangan inilah yang nanti akan bertarung sengit, tapi lagi-lagi dia menegaskan, jika dilihat dari partai yang memberangkatkan, Humas menang satu langkah, terlebih Husnul Khuluq seorang ketua PCNU Gresik. "Untuk SQ dan Bani, tergantung mereka nanti," kata Sukiyat.
Sementara, cabup-cawabup Sastro Soewito-Samwil juga memiliki modal cukup besar dalam pilkada Gresik nanti, cabup-cawabup yang masing-masing dari wilayah selatan (Wringinanom) dan Bawean ini berangkat dari Demokrat dan PPRN. Dalam pileg lalu, Demokrat medapatkan 76.430 suara, sedangkan PPRN memperoleh 5.447 suara. Jadi total suara yang bisa menjadi modal mereka adalah 81.877 suara atau 9,42 persen dari DPT.
Selain itu, pasangan Mohammad Nashihan-Syamsul Ma'arif (MA) memiliki modal suara yang cukup besar, sebab mereka berangkat dari 16 partai, meskipun hanya PAN yang memiliki kursi di parleman, yaitu empat kursi, sedangkan 15 partai lainnya adalah nonparlemen. Parati non parlemen yang memberangkatkan MA adalah PKS, PKPB, PPPI, Partai Kedaulatan, PPD, PDP, PKP, PMB, PRN, Partai Pelopor, PDS, PNBKI, PBR, Partai Patriot, PPNUI.
Jika digabungkan, total perolehan suara ke16 partai tersebut pada pileg lalu dan tentunya sekarang menjadi modal awal MA mencapai 89.367 suara, atau 10.29 persen dari DPT.
Dan, untuk pasangan independen Mujitabah-Suwarno, meskipun mereka tidak memiliki kekuatan partai, tapi mereka juga memiliki modal 37.316 suara, atau 4,3 persen dari DPT. Angka ini merupakan pendukung Mujitabah-Suwarno yang lolos diverifikasi KPU Gresik sebagai syarat dukungan calon independen. "Tapi sejumlah penghalang bagi pasangan Mujitabah-Suwarno. Mujitabah memiliki empat istri,' kata Sukiyat. Sebab, di Gresik poligami sendiri masih banyak yang tidak setuju.
Sukiyat menegaskan, mayoritas masyarakat Gresik adalah warga nahdliyin, calon-calon yang mampu menarik dan membulatkan suara nahdliyin-lah akan muncul sebagai pemenang nanti. Sebab, jumlah mereka lebih dari seperuh jumlah penduduk di Gresik
Namun ditambahkan Sukiyat, jika semua visi misi keenam pasangan calon tersebut "gelap," tidak menyentuh langsung masyarakat. "Program kesehatan gratis, pendidikan gratis itu semua sudah basi," katanya. Faktanya, masih banyak pungutan di dunia pendidikan, dan program kesehatan gratis belum bisa menyentuh semua masyarakat miskin.
"Mereka yang menjadi calon, mestinya memiliki program yang bisa langsung dirasakan masyarakat, seperti pembebasan pajak bumi bangunan (PBB) bagi rakyat, menjamin air PDAM lancar, serta mampu memastikan tidak akan terjadi banjir lagi di Gresik," papar Sukiyat. Sebab, di Gresik setiap musim hujan bisa terjadi banjir lima hingga enam kali.
"Perolehan kursi di parlemen merupakan kekuatan partai, kekuatan ini tentu berdampak pada perolehan suara cabup-cawabup yang diusungnya, tapi figur dari setiap calon sangat berpengaruh dalam menarik simpatisan. Dan jumlah suara yang diperoleh pasangan calon adalah akumulatif antara kekuatan partai dengan suara simpatisan masing-masing calon," kata Susiyanto, ketua tim pemenangan S2BY (Sastro-Samwil Bersatu Yes), beberapa waktu lalu. sep
0 comments:
Posting Komentar