HEADLINE
1 2 3 4 5

Selasa, 30 Maret 2010

Ideoligis Politik Terpecah

GRESIK - Kekuatan masing-masing pasangan bakal calon bupati (bacabup) dan bakal calon wakil bupati (bacawabup) dalam bursa pilihan bupati (pilbup) 26 Mei mendatang bakal setara, sebab ideologis politik dari para pendukung parpol pengusung yang mestinya mampu menjadi "senjata" justru terpecah. Jika demikian, pilbup yang akan diikuti enam pasangan itu nanti bisa berlangsung hingga dua putaran.

Apabila dilihat dari latarbelakangnya, masyarakat Gresik berbasis religius, Gresik selama ini telah menjadi kantong-kantong dari Nahdlatul Ulama. Basis inilah yang selalu menjadi rebutan para elit politik di Gresik untuk dijadikan label dalam merebut kursi atau pucuk pimpinan. Dari beberapa pengalaman pemilihan kepala daerah maupun anggota legislatif sebelumnya, suara-suara nahdliyin-lah yang selalu mendominasi hasil akhirnya.

Sementara, wadah dari nahdliyin untuk berpolitik adalah PKB, jadi tak heran jika partai berlambang bola bumi tersebut selalu mendominasi dalam perhelatan politik di Gresik. Kendati demikian, semua itu bisa tercapai dengan satu catatan, ideologis politik para nahdliyin solid. Tapi, jika suara dari nahdliyin terpecah justru bisa menjadi bumerang, karena bisa menjadi celah para elit politik lain untuk menggalang kekuatan.

Kondisi ini jutru tampak menjelang bursa pilbup Gresik 2010-2015, suara nahdliyin untuk pasangan bacabup-bacawabup usungan PKB, yaitu Husnul Khuluq-Musyafa' Noer (Humas) bakal tercecer, sebab satu demi satu tokoh elit NU di kota santri ini mulai berbeda pandangan politik.

"Bakal ada yang memecah suara NU," kata Robbach Ma'sum, dewan mustasyar (penasihat) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Gresik dengan berapi-api saat memberikan sambutan di acara launching pasangan Husnul Khuluq (Ketua PCNU Gresik) dan Musyafak Nur sebagai cabup dan cawabup, di Kantor PCNU Gresik, beberapa waktu lalu.

"Jika mereka menggunakan cara halus, kita akan bersikap halus, tapi jika mereka bermain kasar kita juga bisa," ancam Robbach. Khuluq yang berangkat menjadi cabup melalui “kendaraan” PKB, PKNU, dan PPP mendapat dukungan penuh dari Robbach, pria yang juga Ketua Dewan Syuro DPC PKB Gresik itu.

Sementara itu, As'ad Thoha yang juga dewan mustasyar PCNU Gresik semula memilih diam untuk menjaga keutuhan NU, tapi sekarang dia telah mengambil sikap politik dengan terang-terangan mendukung calon lain, Mochammad Qosim, Wakil Ketua PCNU sebagai bacawabup yang berpasangan dengan Sambari Halim Radianto, cabup usungan Golkar dan PKPI.

''Sikap politik As'ad Thoha dipicu karena ada kesalahan di organisasi PKB maupun PCNU Gresik. PKB lebih memilih menjagokan orang di luar kader partai daripada orang partai,'' kata salah satu pengurus teras DPC PKB Gresik yang enggan disebut namanya.

Sumber yang juga anggota DPRD Kabupaten Gresik dari FKB itu menilai, langkah politik yang ditempuh As'ad Thoha adalah bentuk kekecewaan yang sudah lama menjadi perbincangan di internal partai maupun di pengurus NU. ''Kalau dijadikan wakil, beliau tidak akan pernah mau. Dia akan memilih mendukung calon yang dianggap baik menurutnya, dan ini akan banyak menyedot suara nahdliyin di Gresik, sebab ketokohannya di Gresik belum bisa ditandingi oleh seluruh bakal calon bupati yang sekarang muncul," jelasnya.

Sedangkan, salah satu bukti PKB Gresik tak lagi solid, ketua tim sukses dari Humas bukan dari partai pengusung dengan delapan kursi di parlemen tersebut, melainkan dari partai pendukung, yaitu PKNU yang hanya memperoleh lima kursi di parlemen. Tokoh PKNU yang saat ini menjadi tim sukses Humas adalah Saiful Kirom, Sekretaris di DPC PKNU Kabupaten Gresik.

Padahal, sebelumnya saat pengambilan formulir pencalonan, ada permasalahan di internal PKNU. Awalnya, Mohammad Nasihan - Syamsul Ma'arif (Monash-Syamsul) kabarnya akan diusung PKNU, sebab formulir pencalonan  diambil oleh Fahrudin Hasan, Fulltimer DPC PKNU Gresik. Saat pengambilan formulir, Fahrudin Hasan membawa surat mandat dari partai bernomor B-178/DPC.PKNU/II/2010 yang ditandatangani oleh Dewan Syuro PKNU Gresik, Ainur Rofiq.

Namun kemudian, Ketua PKNU, KH Usmuni Azhar mengirim surat ke Komisi Pemilihan Umum Kabupaten (KPUK) Gresik bernomor A/156/DPC.PKNU/II/2010, surat ini adalah permohonan fotokopi surat kuasa atau surat mandat yang dibawa Fahrudin Hasan. Ada konflik internal PKNU, karena itu Ketua PKNU mempersoalkan pengambilan formulir.

Sementara itu, konflik juga terjadi di internal PDI Perjuangan. Suara bacabup-bacawabup PDIP "digembosi" kadernya sendiri. Thohirin, mantan PAC PDIP Kec. Gresik membelot dan mengalihkan ribaun suara kontituennya untuk pasangan bacabup dan bacawabup lain. Saat ini, Thohirin telah mengundurkan diri sebagai Ketua PAC PDIP Gresik dan mengalihkan dukungannya untuk Sambari Halim Radianto dan Mochammad Qosim (SQ), usungan Golkar dan PKPI.

Thohirin mengaku kecewa karena suaranya tidak pernah diakomodir partai. "Kami sangat kecewa dengan kebijakan partai yang tidak mengakomodir atau melibatkan kader partai di tingkat kecamatan maupun desa, kami tidak pernah dilibatkan di sejumlah kegiatan, termasuk pencalonan Bambang Suhartono sebagai cabub usungan PDIP," kata Thohirin.

PDIP yang memiliki tujuh kursi di parlemen bersama Partai Buruh (satu kursi) mengusung Bambang Suhartomo-Abdullah Qonik (Bani). Namun, setelah pendaftran, Bani bisa dipastikan mendapatkan tambahan dukungan dari Partai Hanura yang memiliki dua kursi. Sebelumnya, DPC Hanura Kabupaten Gresik memberikan dukungan ganda, yaitu kepada Bani dan Monash-Syamsul. Tapi, kemudian KPUK Gresik hanya mengakui sah dukungan Hanura kepada Bani.

Jadi, dari konflik internal beberapa partai pengusung Humas dan Bani, SQ yang paling diuntungkan, selain mendapatkan dukungan dari pentolan NU, kiai As'ad Thoha, SQ juga mendapatkan tambahan suara dari mantan PAC PDIP Gresik, Thohirin. Selain itu, suara nahdliyin ke SQ cenderung bulat, karena Moch. Qosim sendiri juga wakil di PCNU Gresik.

Namun yang akan menjadi problem bagi SQ adalah rekam jejak Sambari Halim Radianto saat menjabat sebagai Wakil Bupati Gresik pada periode 2000-2005. Dia seolah-olah hanya menjadi "boneka," karena tidak mampu menjalankan fungsinya menjadi wakil bupati sebagaimana mestinya.

"Saya jelas tidak difungsikan, beberapa item saja yang saya diberi peran, yaitu menandatangani akte kelahiran yang terlambat, kenaikan gaji berkala, dan IMB (ijin mendirikan bangunan) nonperusahaan, memberi ijin cuti pegawai, serta memberi ijin belajar, hanya lima iten itu saja yang menjadi peran saya," kata Sambari, Rabu (17/3). Selain itu, Sambari juga pernah gagal dalam pilbup Gresik 2005-2009 lalu.

Kondisi yang sama juga dialami oleh Sastro Suwito, bacabup usungan Demokrat yang sekaligus Wakil Bupati Gresik saat ini. Sastro yang tidak bisa menjalankan perannya sebagai wakil bupati ini akan menjadi pertimbangan pemilih. Perannya sebagai wakil bupati yang terkebiri ini diakui Sastro saat mendaftar sebagai bacabup di KPUK Gresik beberapa waktu lalu. "Anda tentu sudah mengerti kondisinya, tidak perlu saya menceritakan," kata Sastro.

Dalam pilbup mendatang Sastro bakal berpasangan dengan Samwil, Ketua DPD Partai Demokrat Gresik. Sastro Suwito dan Samwil yang menamakan dirinya S2BY (Sastro Samwil Bersatu Yes) bakal memiliki suara bulat untuk pendukung di Bawean, karena Samwil adalah satu-satunya bakal calon asli pulau yang berjarak 81 mil dari Gresik itu. Bawean memiliki daftar pemilih sementara (DPS) sebanyak 64.060 pemilih, atau sekitar 7,4 persen dari total DPS Gresik.

Jalan terjal juga ditemui pasangan Monash-Syamsul, setelah kehilangan suara dari Partai Hanura karena tidak diakui dukungannya oleh KPUK Gresik, PDS, salah satu parpol pendukung  juga dipastikan "lepas" dari Monash-Syamsul.

Kendati demikian, suara PDS tidak berpengaruh terhadap pencalonan Monash-Syamsul, bacabup-bacawabup yang diusung PAN dan 14 partai nonparlemen. Suara PDS hanya 0,18 persen, jika minus PDS suara 15 partai pengusung Monash-Syamsul masih 16,1 persen. "Jumlah ini masih melebihi batas suara minimal persyaratan parpol atau gabungan parpol pengusung, yaitu 15 persen suara," papar Khamsun, Ketua Tim Sukses Monash-Syamsul yang sekaligus Ketua DPD PAN Gresik tersebut.

Sementara, dalam pilbup Gresik nanti ada satu bacabup-bacawabup independen, yaitu Mujitabah-Suwarno. Namun, pasangan ini sempat tersandung masalah, yaitu dugaan dukungan fiktif karena menggunakan fotokopi data Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat- Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) tanpa sepengetahuan pemiliknya. Saat ini, Bawaslu tengah memeriksa kasus tersebut. Selain itu, Mujitabah jugah pernah gagal saat pilbup Gresik 2005-2009 lalu. sep

0 comments:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com