HEADLINE
1 2 3 4 5

Rabu, 10 Maret 2010

Banjir Rutin Gara-gara DAS Tak Bertanggul

GRESIK - Lima desa di Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik terendam banjir akibat luapan Sungai Lamong, Selasa (9/3). Menurut Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kab. Gresik, penyebabnya klise, di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) tidak ada tanggulnya, sehingga sungai yang sudah mendangkal tidak lagi mampu menampung air kiriman dari hulu, Mojokerto dan Jombang.

Kelima desa yang terendam banjir tersebut antara lain, Desa Deliksumber, Sedapurklagen, Munggugianti, Kedungrukem, dan Lundo. Akibatnya, 12 rumah di Sedapurklagen dan 400 hektar lahan pertanian yang tersebar di lima desa ikut terendam, ketinggian air di dalam rumah mencapai lutut orang dewasa.

Kepala DPU KAb. Gresik, Tugas Husni Syarwanto mengatakan, tidak adanya tanggul di sepanjang DAS menjadi penyebab utama banjir rutin terjadi tiap tahun. "Ketika ada kiriman air dari hulu, Mojokerto dan Jombang, sungai tidak mampu menampung, akhirnya meluber ke permukiman dan lahan pertanian," katanya, Rabu (10/3) pagi tadi.

Ditambahkan Tugas, sekarang memang sudah ada beberapa tanggul di DAS, tapi dia menilai tangul-tangul tersebut belum mumpungi untuk menahan banjir. Dia mengungkapkan, belum dibangunnya tanggul di sepanjang DAS karena ada penolakan dari warga setempat.

"Warga meminta seluruh DAS dibangun tanggul, jika hanya sebagian, warga khawatir banjir akan terjadi lebih parah di beberapa wilayah yang belum ada tanggulnya, padahal anggarannya terbatas," katanya.

Hal ini dibantah oleh warga setempat, misalnya Suliono (41), warga Deliksumber mengatakan jika sosialisasi rencana Balai Besar Bengawan Solo membangun tanggul di DAS Sungai Lamong sudah lama. Tapi warga menolak bukan karena meminta tanggul dibangun di seluruh DAS, harga tanah yang ditawarkan pemerintah untuk pembangunan tanggul terlalu rendah.

"Per meter, tanah di bantaran sungai dihargai sesaui nilai jual objek pajak (NJOP) Rp 5000," katanya. Suliono meminta pemerintah segera tanggap, karena banjir rutin ini tiap tahunnya menimbulkan banyak kerugian, petani merugi, ratusan lahan pertanian puso setelah banjir.

"Sebenarnya, hujan di daerah Gresik sendiri tidak begitu berpengaruh terhadap banjir di sini, tapi jika yang hujan daerah Mojokerto dan Jombang, di sini pasti tenggelam, makanya saya berharap pemerintah segera memberikan upaya agar banjir tidak lagi terjadi," paparnya.

Menurut Suliono, masyarakat di daerahnya sudah menganggap banjir hal biasa, karena itu mereka tidak akan mengungsi jika air tidak besar. Menurutnya, dalam setahun air Sungai Lamong meluap dan membanjiri beberapa desa di dekatnya bisa terjadi 4 hingga 5 kali.

Sementara itu, Dari lima desa yang terndam banjir, Selasa (9/3). "Kondisi banjir terparah terjadi di Desa Sedapurklagen, ketinggian air di sekitar permukiman warga yang dekat dengan sungai mencapai 50 centimeter. Namun, Selasa (9/3) malam air sudah surut," kata AKP Imam Syafi'i, Kapolsek Benjeng, Rabu (10/3) pagi tadi. sep

0 comments:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com