GRESIK - Keresahan warga di Pulau Gili tampaknya tidak bisa segera diredam. Sebab, Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan (DKPP) Kabupaten Gresik tidak bisa berbuat banyak menanggapi kondisi Pulau Gili yang terus menyempit gara-gara abrasi air laut. Tidak ada anggaran dari Pemkab Gresik untuk revitalisasi mangrove.
Kepala Bidang Kelautan DKPP Gresik, Iwan Lukito megatakan, mestinya harus ada gerakan revitalisasi mangrove untuk mencegah terjadinya abrasi, khususnya di Pulau Gili yang tiap tahunnya terkikis hingga tiga meter. "Revitalisasi mangrove merupakan cara paling mudah dan murah untuk mencegah abrasi, daripada membangun breakwater yang biayanya besar," katanya, Selasa (9/3) pagi tadi.
Tapi, ditambahkan Iwan, program revitalisasi tersebut saat ini tidak bisa dijalankan, karena anggarannya tidak ada.
"Tahun ini sebenarnya kami mengajukan anggaran revitalisasi mangrove untuk bantaran pesisir wilayah Gresik dan Bawean, termasuk pesisir di Pulau Gili yang jaraknya hanya beberapa mil dari Bawean. Tapi pengajuan itu dicoret, dananya tersedot untuk anggaran pemilukada (pemlihan umum kepala daerah) 26 Mei mendatang, beberapa anggaran untuk program lainnya juga ikut dipangkas," ungkap Iwan.
Lebih lanjut dijelaskan, bulan ini pihaknya berjanji akan melakukan peninjauan ke Pulau Gili, nanti hasil di lapangan akan disampaikan ke pemkab. Hasil tinjauan di lapangan itu juga digunakan sebagai dasar untuk kembali mengajukan anggaran revitalisasi mangrove pada perubahan APBD 2010 nanti.
"Tapi, kalau tetap tidak bisa kami akan kembali mengajukan di APBD 2011, karena revitalisasi ini merupakan program yang menjadi prioritas Bidang Kelautan. Sebenarnya, masalah ini sudah lama, mungkin sekarang bertambah parah," papar Iwan.
Sementara itu, Kepala Desa (Kades) Sidogedungbatu -sebuah desa di Pulau Gili- Mohammad Nor mengaku, pihaknya telah mengajukan permohonan penanggulangan abrasi di wilayahnya ke Pemkab Gresik hingga empat kali. "Tapi, sampai sekarang belum ada yang dikabulkan, padahal kondisi di Pulau Gili semakin kritis," katanya.
Mohammad Nor menambahkan, jumlah penduduk di Pulau Gili terus bertambah, sedangkan pulaunya semakin menyempit. "Buktinya, satu lapangan sepak bola telah hilang termakan air laut, termasuk tanah milik warga banyak yang hilang, tiap tahunnya Pulau Gili menyempit hingga tiga meter gara-gara abrasi, tapi hingga kini belum ada upaya pencegahan," katanya.
Namun, Mohammad Nor mengaku, beberapa waktu lalu pihaknya ditawari kantong sak untuk diisi pasir. "Tapi saya tolak, sebab kami ingin penanggulangan yang permanen. Warga setempat sebenarnya sudah berupaya menumpuk batu-batu karang di sekeliling pulau. Tapi masih juga terkikis oleh air laut, " pungkasnya. sep
Kepala Bidang Kelautan DKPP Gresik, Iwan Lukito megatakan, mestinya harus ada gerakan revitalisasi mangrove untuk mencegah terjadinya abrasi, khususnya di Pulau Gili yang tiap tahunnya terkikis hingga tiga meter. "Revitalisasi mangrove merupakan cara paling mudah dan murah untuk mencegah abrasi, daripada membangun breakwater yang biayanya besar," katanya, Selasa (9/3) pagi tadi.
Tapi, ditambahkan Iwan, program revitalisasi tersebut saat ini tidak bisa dijalankan, karena anggarannya tidak ada.
"Tahun ini sebenarnya kami mengajukan anggaran revitalisasi mangrove untuk bantaran pesisir wilayah Gresik dan Bawean, termasuk pesisir di Pulau Gili yang jaraknya hanya beberapa mil dari Bawean. Tapi pengajuan itu dicoret, dananya tersedot untuk anggaran pemilukada (pemlihan umum kepala daerah) 26 Mei mendatang, beberapa anggaran untuk program lainnya juga ikut dipangkas," ungkap Iwan.
Lebih lanjut dijelaskan, bulan ini pihaknya berjanji akan melakukan peninjauan ke Pulau Gili, nanti hasil di lapangan akan disampaikan ke pemkab. Hasil tinjauan di lapangan itu juga digunakan sebagai dasar untuk kembali mengajukan anggaran revitalisasi mangrove pada perubahan APBD 2010 nanti.
"Tapi, kalau tetap tidak bisa kami akan kembali mengajukan di APBD 2011, karena revitalisasi ini merupakan program yang menjadi prioritas Bidang Kelautan. Sebenarnya, masalah ini sudah lama, mungkin sekarang bertambah parah," papar Iwan.
Sementara itu, Kepala Desa (Kades) Sidogedungbatu -sebuah desa di Pulau Gili- Mohammad Nor mengaku, pihaknya telah mengajukan permohonan penanggulangan abrasi di wilayahnya ke Pemkab Gresik hingga empat kali. "Tapi, sampai sekarang belum ada yang dikabulkan, padahal kondisi di Pulau Gili semakin kritis," katanya.
Mohammad Nor menambahkan, jumlah penduduk di Pulau Gili terus bertambah, sedangkan pulaunya semakin menyempit. "Buktinya, satu lapangan sepak bola telah hilang termakan air laut, termasuk tanah milik warga banyak yang hilang, tiap tahunnya Pulau Gili menyempit hingga tiga meter gara-gara abrasi, tapi hingga kini belum ada upaya pencegahan," katanya.
Namun, Mohammad Nor mengaku, beberapa waktu lalu pihaknya ditawari kantong sak untuk diisi pasir. "Tapi saya tolak, sebab kami ingin penanggulangan yang permanen. Warga setempat sebenarnya sudah berupaya menumpuk batu-batu karang di sekeliling pulau. Tapi masih juga terkikis oleh air laut, " pungkasnya. sep
0 comments:
Posting Komentar