Serangkaian dengan pentas tarian Kabuki di Gedung Cak Durasim 3 Desember lalu, The Japan Foundation menggelar pameran Nishiki-e di House of Sampoerna. Sebanyak 40 karya Nishiki-e dipajang di pameran yang bakal berlangsung hingga 21 Desember mendatang.
Pameran yang bertujuan untuk memperingati 50 tahun kerjasama Jepang-Indonesia ini merupakan pameran Nishiki-e kedua di Indonesia. 26 November hingga 5 Desember lalu, Nishiki-e dipajang di Jakarta. Bedanya, di Jakarta lalu hanya memajang 20 karya saja.
Nishiki-e adalah salah satu jenis Ukiyo-e, yakni sejenis seni grafis cetak cukil kayu dengan beragam warna yang dihasilkan dengan menggunakan lempengan kayu. Awalnya, seniman membuat sket pada sebuah kayu. Kemudian kayu yang bersket tersebut dicukil atau diukir.
Setelah cukilan selesai, selanjutnya diberi warna. Bahan warna bisa terbuat dari batu dan tumbuh-tumbuhan yang diolah seperti bubuk cat. Selesai dibubuhi warna, cukilan tersebut dicapkan pada lembaran kertas. “Prosesnya mirip dengan pembuatan batik cap,” jelas Assitant Director The Japan Foundation Jakarta, Norihisa Tsukamoto.
Ukiyo-e dapat dikategorikan dalam beberapa jenis, yaitu Bijin-ga (lukisan wanita jelita), Fukei-ga (lukisan pemandangan), dan Shibai-ga, Yakusha-ga (lukisan penari, pemain teater). Nishiki-e yang dipajang kali merupakan jenis Shibai-ga dan Yakusha-ga.
Berdasarkan sejarahnya, Nishiki-e muncul sejak jaman Edo (1603-1868). Selain menyaksikan langsung pertunjukan seni Kabuki, masyarakat Jepang pada jaman itu juga menikmati seni Kabuki dengan membeli Kabuki Nishiki-e yang menggambarkan adegan pementasan Kabuki.
Dulu Nishiki-e berfungsi seperti poster untuk mempromosikan Kabuki. Sekali cetak bisa sampai 200 lembar. “Tapi sekarang Nishiki-e sudah tidak digunakan lagi,” jelas kurator dari National Theater of Japan, Yoshiko Takahashi. Nishiki-e, tambahnya, sekarang kalah dengan digital printing.
Tokoh-tokoh Kabuki yang digambarkan dalam Nishiki-e semuanya lelaki. “Sekalipun ada sosok wanita, dia sebenarnya adalah lelaki,” tutur Tsukamoto. Dulu, Keshogunan Tokugawa melarang Kabuki yang dimainkan oleh wanita dan remaja lelaki.
Diterbitkan di Surabaya Post (Sabtu, 13 Desember 2008)
0 comments:
Posting Komentar