HEADLINE
1 2 3 4 5

Jumat, 19 Desember 2008

Konser Klasik, Lewat Konsep Romantisme


Kesempatan yang jarang terjadi dinikmati publik Surabya, terutama para pecinta musik klasik. Petikan nada-nada indah musik melalui permainan elegan gitaris muda asal Prancis, Maud Laforest (baca: mod lafores) tersaji di Kebun Pusat Kebudayaan Prancis (CCCL), Rabu (12/11)


Pada solo konser, Maud Laforest memainkan enam lagu, di antaranya Introduction and Caprice (Giulio Regondi), Sonate en la mineur (Georg Friedrich Haendel), dan Sonata Giocosa (Joaquin Rodrigo). Komposisi lainnya yang dijadikan satu antara lain La Catedral (Agustin Barrios Mangore), Elegie (Johann Kaspar Mertz), dan Trois Tangos (Astor Piazzola).

“Konsep permainan musik saya adalah romantisme,” kata musisi bergelar master musik dari Amerika yang ditemui di CCCL sebelum konser.

Sementara kesempatan tur ke Indonesia ini merupakan bagian dari program Declic, dari pemerintah Prancis untuk mendukung para musisi klasik muda. “Musisi yang dipromosikan Declic harus pernah memenangkan minimal satu kejuaraan internasional,” kata wanita kelahiran 31 Desember 1984.

Pada usianya yang terbilang belia (23), Maud Laforest meraih penghargaan pada beberapa kompetisi musik baik nasional maupun internasional. Antara lain U.F.A.M. Guitar Competition in Paris, Guitar Foundation of Amerika pada 2005, The Mottola International Guitar Competition (Italia) dan Arhanes International Guitar Copetition (Yunani).

Maud Laforest pernah menjadi satu-satunya musisi gitaris termuda yang terpilih oleh Dallas Classic Guitar Society. Dia memukau penontonnya melalui musikalitas yang tinggi dan didukung oleh teknik tanpa cela.

Selain bermain solo, dia juga mempunyai project duo bersama Benjamin Beirs, gitaris muda asal Amerika Serikat yang merupakan rekan se alumnus Peabody Conservatory, dalam Duo Transatlantique.

Jari-jemari Maud Laforest tak kunjung henti untuk unjuk kelincahan. Kehidupannya dipenuhi dengan jadwal pentas di berbagai panggung musik, baik Eropa, Amerika hingga Asia. Surabaya adalah kota kedua Indonesia yang di datangi, setelah Jogjakarta dan Kamis (13/11) tampil di Jakarta.

Musik baginya, menjadi dunianya sejak kecil. Musik dapat menjelaskan segala rasa tanpa menggunakan kata. “Ada beberapa tingkat kesulitan bermain gitar, salah satunya adalah feel,” kata dia.

Ada beberapa gitaris yang bermain hanya dengan teknik tapi tidak menyampaikan maknanya. “Ketika tampil, saya berharap publik dapat menerima pesan. Dengan mendengarkan permainan saya, penonton dapat melupakan problem dalam pikirannya,” harap Maud Loferest.

Selama berkarir, Maud Laforest memiliki dua album solo. Pertama Collectici …Maud (2006) dan Rêverie (2007). Pernah berduet dengan Benjamin Beirs, Le gris et le vert – Duo Transatlantique (2007).

Semua komposisi lagu diciptaan komponis lain. “Saya sekarang mulai membuat transkip sendiri tapi merasa kesulitan dan tidak punya waktu. Nantinya saya pasti membuat lagu sendiri,” jelas dia.

Diterbitkan di Surabaya Post (Kamis, 13 November 2008)

0 comments:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com