Bagi pecinta keroncong, sepertinya grup Canina, tidak asing lagi. Tak hanya sering tampil tapi juga sering merebut kejuaraan. Canina berhasil menyabet predikat Penyaji Terbaik pertama di ajang Festival Keroncong 2008 yang digelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Pemkot Surabaya beberapa waktu lalu.
Penampilannya tidak hanya bisa dinikmati kalangan kaum tua tapi juga kaum muda. Apakah rahasianya? “Inovasi! Itu adalah kuncinya,” jelas Soedjoko, pimpinan sekaligus pembina grup ini.
Setiap hari Kamis, Canina latihan di tempat praktik Soedjoko, Jl Ngagel Mulyo Raya 16. Uniknya, para pasien yang antre terhibur dengan alunan musik keroncong Canina, peasien dibuatnya berasa tak antre. “Saya bisa tetap buka praktik tapi juga tetap bisa mengawasi Canina latihan,” tutur Soedjoko.
Tanggal 4 Desember lalu, Canina menjadi wakil Surabaya yang tampil di International Keroncong Festival (IKF) di Solo. Canina membawakan lagu dari grup Raja berjudul Jujur, Rosa Ayat-ayat Cinta, Letto Ruang Rindu, Ungu Demi Waktu, dan Slank Ku Tak Bisa. Lagu-lagu tersebut diaransemen ulang dengan tidak meninggalkan keroncong. Alat musiknya ditambahkan juga Angklung.
“Di IKF, Canina satu-satunya grup keroncong yang membawakan style anak muda,” jelas Soedjoko.
Diceritakan Soedjoko, awalnya, Canina merupakan “gerombolan” pengamen keroncong di kawasan Pucang dan Taman Bungkul. Kemudian dia merasa simpati pada para pengamen. “Mereka punya potensi tapi tidak ada yang mimpin,” tutur lelaki yang juga dosen Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Unair ini.
Waktu itu, saat dia menikmati menu lesehan di Kawasan Pucang, Soedjoko merasa terhibur dengan penampilan para pengamen yang memainkan musik keroncong. Karena tertarik, Soedjoko sempat mengundang para pengamen ini tampil pada pernikahan anaknya. Para personel, Prasdianto, Andre, Andhika, dan Fian dipoles kostumnya hingga tidak seperti anak jalanan.
Saat itu Soedjoko berpesan agar mereka mau bermain musik secara profesional. “Jangan jadi pengamen jalanan tapi jadilah pemain musik profesional. Orang memberi uang saat mengamen, ada dua kemungkinan, karena terhibur atau ingin cepet kalian pergi. Karena itu, jadilah penghibur, orang akan menikmati,” ucap Soedjoko menirukan pesannya.
Setelah itu, Soedjoko memanggil ayah Prasdianto dan Andre, Suprajitno yang dulunya juga pengamen. Singkat cerita, mereka bersedia untuk dibina. Fasilitas, mulai alat musik hingga seragam dilengkapi.
Grup Canina dibentuk dengan personal Suprajitno (gitar), Prasdianto (bas), Andre (cak), Andhika (cuk), Soegiri (cello), Tenny (biola), Fian (flut), Gepeng (perkusi), Maharani (vokal), dan Ny. Prayitno (crew/vokal).
Canina dari bahasa latin yang berarti gigi taring. “Diharapkan Canina mampu menancap seperti gigi taring di belantika musik Indonesia,” harap Soedjoko.
Lagi-lagi Soedjoko menilai penampilan mereka masih seperti pengamen jalanan. “Secara teknis mereka bagus, tapi performnya jalanan,” tutur Soedjoko.
Tidak hanya disiplin, pendekatan psikologis pun dilakukan Soedjoko untuk mendidik mereka. “Urusan perut adalah poin pertama karena mereka tergolong dari kelas sosial menengah ke bawah. Pendekatan inilah yang saya lakukan untuk merubah perform mereka,” jelasnya. “Jika ingin dapat uang, personal harus mampu menghibur, dan hiburan dapat diperoleh melalui teknik dan penampilan indah,” tambahnya. Urusan teknik, Soedjoko menyerahkan kepada Suprajitno.
Tapi masalah penampilan, Soedjoko merubahnya sendiri mulai dari pakaian sampai tingkah laku. Pernah saat personal Canina dibuatkan seragam, seragam itu malah digunakan untuk sehari-hari dan bahkan ngamen. “Ini tidak profesional, tapi saya maklum, selain mereka bangga, mereka juga butuh pakaian sehari-hari untuk dikenakan,” jelasnya.
Disamping itu, punishmen dan reward dia manfaatkan sebagai teknik untuk merubah personal Canina. Disiplin selalu dia pegang. “Rokok dan HP misalnya, harus mati saat latihan,” tandasnya.
Urusan musik, Soedjoko tak mau hanya menampilkan keroncong yang itu-itu saja. Dia banyak memanfaatkan alat-alat musik lain, seperti alat musik tradisional.
Dalam pilihan lagu, Canina menampilkan lagu-lagu modern, seperti lagu yang sedang populer dikalangan anak muda. Lagu-lagu ini oleh Canina diaransemen ulang versi keroncong. Inilah yang menjadi daya tarik dari Canina. “Tak hanya orang tua, kaum muda pun tidak jenuh dan terhibur menikmati musik Canina,” kata Soedjoko.
Diterbitkan di Surabaya Post (Minggu, 14 Desember 2008)
0 comments:
Posting Komentar