POTENSI ANDALAN BAWEAN (4)
Alami! itulah kesan yang muncul ketika berkunjung ke Danau Kastoba di Desa Promaan Kec. Tambak. Hingga kini, kondisinya belum terjamah, untuk menuju ke lokasinya saja harus berjalan kaki menelusuri jalan setapak di hutan belantara. Karena sensasi itu, wisata alam ini wajib masuk ke daftar paket wisata anda. Seringkali juga wisatawan asing berkungjung ke Danau Kastoba.
OLEH ASEPTA YP
Danau Kastoba tidak kalah menarik dengan danau Toba di Sumatera Utara (Sumut). Bedanya, Danau Toba sudah dipoles, sedangkan Danau Kastoba masih alami seperti gadis yang masih perawan. Diperlukan stamina ekstra agar bisa mencapai danau Kastoba, jalan setapak di dalam hutan yang masih lebat itu sangat terjal dengan bebatuan, terkadang juga licin, apalagi saat musim hujan seperti sekarang ini.
Kita harus berjalan sekitar 1,5 kilometer agar bisa sampai ke Danau Kastoba. Dari bawah, suara derasnya aliran sungai yang berhulu di Danau Kastoba mengiringi perjalanan sepanjang menuju lokasi Danau Kastoba. Tapi kita dibuat penasaran, susah melihat seperti apa aliran sungai itu, sepanjang jalan setapak menuju telage (sebutan Danau Kastoba oleh warga setempat) pepohonan lebat menghalangi pandangan.
Karena itu kita harus berhati-hati, pasti kita tidak sadar jika sungai yang suara alirannya membuat kita terasa damai dan sejuk itu ternyata berada di dasar jurang yang curam. Selain itu, jalan setapak yang kita lewati juga terkadang seakan hilang karena tertutup rumput yang lebat, ini membuktikan jika Danau Kastoba belum terjamah. Saking rimbunnya hutan, sepanjang jalan ke Danau Kastoba kita akan kesulitan mencari celah untuk melihat matahari.
Jalannya memang tidak terlalu jauh, tapi nafas kita akan terasa habis ketika telah sampai di Danau Kastoba, karena kita harus menakhlukan jalan yang amat terjal. Tapi, tidak perlu khawatir, rasa lelah itu akan terbayar lunas ketika kita melihat keelokan Danau Kastoba. Menurut kepercayaan warga setempat, mandi di jernihnya air Danau Kastoba bisa membuat kita tetap awet muda. Airnya masih bebas dari pencemaran, bisa langsung diminum tanpa harus dimasak lebih dulu.
Beberapa ekor burung belibis liar berenang di tepi danau, terkadang juga langsung terbang menjauh ketika ada pengunjung datang. Jika beruntung, kita bisa melihat kawanan rusa bawean (axis kuhlii) minum di tepi danau. Rusa bawean merupakan satwa endemis Pulau Putri (sebutan Pulau Bawean) yang tidak dijumpai di tempat lain.
Menurut Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Paiwisata Bawean, Sulaiman Efendy, air di Danau Kastoba tidak pernah habis. “Berdasarkan penelitian dari perguruan tinggi ITS Surabaya beberapa waktu lalu, kedalaman Danau Kastoba di tengah mencapai 40 meter,” ungkapnya. Sering wisatawan asing berkunjung ke Danau Kastoba, kata Efendy, mereka datang dari Aurtralisa, Kanada, Singapura, dan Malaysia. Danau Kastoba yang masih alami itulah parar menarik para wisatawan.
Tapi sayang, tambah Efendy, pengunjung yang datang ke Danau Kastoba hanya bisa menikati dari ujung sebelah tenggara danau, sebab danau yang memiliki keliling sekitar dua kilometer itu masih lebat dengan pepohnan dan rumput di sekelilingnya, jadi pengunjung tidak bisa menikmati dari sekeliling danau. Belum adanya jalan yang mengelilingi danau itu sebenarnya justru membuat pemandangan benar-benar tampak masih alami.
Beberapa peneliti memperkirakan, Danau Kastoba adalah bekas kawah gunung api purba. Warga setempat mengatakan, warna air danau bisa berubah menjadi merah, hijau, dan seperti berminyak. Nama kastoba sendiri diambil dari nama pohon kastuba (euphorbia pulcherrima) yang dulu banyak tumbuh di sana.
Secara umum kondisi fisik Danau Kastoba sangat menjanjikan bagi para wisatawan, apalagi apabila ada investor yang berkenan memoles keindahan danau tersebut. “Saat ini, wisata Danau Kastoba hanya ramai pada saat hari libur, di hari-hari biasa sangat jarang dikunnjungi orang,” kata Efendy. Karena tidak pernah dilewati, jalan setapak menuju Danau Kastoba di hari-hari seperti ini biasanya tertutup oleh rumput dan ilalang yang lebat.
Menuju ke danau Kastoba, kita harus mengendarai sepeda motor atau kendaraan roda empat dari Pelabuhan Sangkapura, karena angkutan umum di Pulau Bawean terbatas, terpaksa pengunjung harus menyewa kendaraan di tempat-tempat penyewaan di sekitar Pelabuhan Sangkapura, untuk mobil Rp 400 ribu per hari, apabila menyewa sepeda motor cukup murah, Rp 25 ribu sehari.
Dari Pelabuhan Sangkapura, perjalanan menuju Danau Kastoba bisa ditempuh dari jalan lingkar Bawean sebelah barat ataupun sebelah timur, jarak dan kondisi jalan kedua sisi jalan lingkar tersebut hampir sama. Ketika sampai di Desa Tanjungori, kita masuk melintasi jalan poros desa sekitar lima kilometer.
Di sepanjang jalan poros desa ini kita akan mendapati pemandangan yang cukup menarik, hampir setiap rumah penduduk di sana dilengkapi dengan durung, bangunan mirip pondok di sawah, namun terbuat dari kayu, atapnya digunakan untuk menyimpan padi, sedangkan bagian bawahnya digunakan warga setempat untuk bersantai dan ngobrol bersama keluarga atau tetangga.
Total lama perjalanan dari Pelabuhan Sangkapura menuju Dusun Candi Desa Peromaan, lokasi terdekat dengan Danau Kastoba yang bisa ditempuh dengan kendaraan, membutuhkan waktu sekitar dua jam. Setelah itu dilanjutkan dengan jalan kaki.
Sementara itu, selain Danau Kastoba, Pulau Bawean juga menawarkan wisata alam di gunung, seperti air terjun Laccar, air terjun Kuduk-Kuduk, dan air terjun Palomon.
Danau Kastoba tidak kalah menarik dengan danau Toba di Sumatera Utara (Sumut). Bedanya, Danau Toba sudah dipoles, sedangkan Danau Kastoba masih alami seperti gadis yang masih perawan. Diperlukan stamina ekstra agar bisa mencapai danau Kastoba, jalan setapak di dalam hutan yang masih lebat itu sangat terjal dengan bebatuan, terkadang juga licin, apalagi saat musim hujan seperti sekarang ini.
Kita harus berjalan sekitar 1,5 kilometer agar bisa sampai ke Danau Kastoba. Dari bawah, suara derasnya aliran sungai yang berhulu di Danau Kastoba mengiringi perjalanan sepanjang menuju lokasi Danau Kastoba. Tapi kita dibuat penasaran, susah melihat seperti apa aliran sungai itu, sepanjang jalan setapak menuju telage (sebutan Danau Kastoba oleh warga setempat) pepohonan lebat menghalangi pandangan.
Karena itu kita harus berhati-hati, pasti kita tidak sadar jika sungai yang suara alirannya membuat kita terasa damai dan sejuk itu ternyata berada di dasar jurang yang curam. Selain itu, jalan setapak yang kita lewati juga terkadang seakan hilang karena tertutup rumput yang lebat, ini membuktikan jika Danau Kastoba belum terjamah. Saking rimbunnya hutan, sepanjang jalan ke Danau Kastoba kita akan kesulitan mencari celah untuk melihat matahari.
Jalannya memang tidak terlalu jauh, tapi nafas kita akan terasa habis ketika telah sampai di Danau Kastoba, karena kita harus menakhlukan jalan yang amat terjal. Tapi, tidak perlu khawatir, rasa lelah itu akan terbayar lunas ketika kita melihat keelokan Danau Kastoba. Menurut kepercayaan warga setempat, mandi di jernihnya air Danau Kastoba bisa membuat kita tetap awet muda. Airnya masih bebas dari pencemaran, bisa langsung diminum tanpa harus dimasak lebih dulu.
Beberapa ekor burung belibis liar berenang di tepi danau, terkadang juga langsung terbang menjauh ketika ada pengunjung datang. Jika beruntung, kita bisa melihat kawanan rusa bawean (axis kuhlii) minum di tepi danau. Rusa bawean merupakan satwa endemis Pulau Putri (sebutan Pulau Bawean) yang tidak dijumpai di tempat lain.
Menurut Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Paiwisata Bawean, Sulaiman Efendy, air di Danau Kastoba tidak pernah habis. “Berdasarkan penelitian dari perguruan tinggi ITS Surabaya beberapa waktu lalu, kedalaman Danau Kastoba di tengah mencapai 40 meter,” ungkapnya. Sering wisatawan asing berkunjung ke Danau Kastoba, kata Efendy, mereka datang dari Aurtralisa, Kanada, Singapura, dan Malaysia. Danau Kastoba yang masih alami itulah parar menarik para wisatawan.
Tapi sayang, tambah Efendy, pengunjung yang datang ke Danau Kastoba hanya bisa menikati dari ujung sebelah tenggara danau, sebab danau yang memiliki keliling sekitar dua kilometer itu masih lebat dengan pepohnan dan rumput di sekelilingnya, jadi pengunjung tidak bisa menikmati dari sekeliling danau. Belum adanya jalan yang mengelilingi danau itu sebenarnya justru membuat pemandangan benar-benar tampak masih alami.
Beberapa peneliti memperkirakan, Danau Kastoba adalah bekas kawah gunung api purba. Warga setempat mengatakan, warna air danau bisa berubah menjadi merah, hijau, dan seperti berminyak. Nama kastoba sendiri diambil dari nama pohon kastuba (euphorbia pulcherrima) yang dulu banyak tumbuh di sana.
Secara umum kondisi fisik Danau Kastoba sangat menjanjikan bagi para wisatawan, apalagi apabila ada investor yang berkenan memoles keindahan danau tersebut. “Saat ini, wisata Danau Kastoba hanya ramai pada saat hari libur, di hari-hari biasa sangat jarang dikunnjungi orang,” kata Efendy. Karena tidak pernah dilewati, jalan setapak menuju Danau Kastoba di hari-hari seperti ini biasanya tertutup oleh rumput dan ilalang yang lebat.
Menuju ke danau Kastoba, kita harus mengendarai sepeda motor atau kendaraan roda empat dari Pelabuhan Sangkapura, karena angkutan umum di Pulau Bawean terbatas, terpaksa pengunjung harus menyewa kendaraan di tempat-tempat penyewaan di sekitar Pelabuhan Sangkapura, untuk mobil Rp 400 ribu per hari, apabila menyewa sepeda motor cukup murah, Rp 25 ribu sehari.
Dari Pelabuhan Sangkapura, perjalanan menuju Danau Kastoba bisa ditempuh dari jalan lingkar Bawean sebelah barat ataupun sebelah timur, jarak dan kondisi jalan kedua sisi jalan lingkar tersebut hampir sama. Ketika sampai di Desa Tanjungori, kita masuk melintasi jalan poros desa sekitar lima kilometer.
Di sepanjang jalan poros desa ini kita akan mendapati pemandangan yang cukup menarik, hampir setiap rumah penduduk di sana dilengkapi dengan durung, bangunan mirip pondok di sawah, namun terbuat dari kayu, atapnya digunakan untuk menyimpan padi, sedangkan bagian bawahnya digunakan warga setempat untuk bersantai dan ngobrol bersama keluarga atau tetangga.
Total lama perjalanan dari Pelabuhan Sangkapura menuju Dusun Candi Desa Peromaan, lokasi terdekat dengan Danau Kastoba yang bisa ditempuh dengan kendaraan, membutuhkan waktu sekitar dua jam. Setelah itu dilanjutkan dengan jalan kaki.
Sementara itu, selain Danau Kastoba, Pulau Bawean juga menawarkan wisata alam di gunung, seperti air terjun Laccar, air terjun Kuduk-Kuduk, dan air terjun Palomon.
0 comments:
Posting Komentar