Perjalanan Tiada Akhir
Makhfoed menggelar pameran tunggalnya yang ke-13 di Gedung Krishna Mustajab (AKSERA) Rabu (19/11) hingga 19 Desember mendatang. Di pameran yang bertajuk “‘Perjalanan’ yang Tiada Kunjung Akhir” ini, Makhfoed memajang 23 lukisan.
Sejak 1991, Pria kelahiran 10 Mei 1942 menggarap lukisan yang diberinya nama Perjalanan. Hingga sekarang, dia tetap menggunakan Perjalanan untuk menamai lukisanya. Namun yang membedakan tiap-tiap lukisannya adalah penambahan nomor sesuai dengan urutan lahirnya karya. Perjalanan 1 hingga Perjalanan 436. “Judul dapat membelenggu apresiasi,” jelas pelukis beraliran surealis tersebut.
Tanpa adanya judul, tambahnya, penikmat dapat dengan bebas dan leluasa memaknai lukisan. Setiap kali berkarya, Makhfoed memberikan nomor sesuai dengan urutan waktu mulai terciptanya lukisan tersebut di kayu belakang. Jadi tidak akan kebalik sekalipun selesainya karya tersebut tidak sesuai dengan urutan.
Misalnya Perjalanan 13, dia menuliskan angka 13 di kayu belakang kanvas. Sebelum Perjalanan 13 selesai tidak menutup kemungkinan muncul Perjalanan 14. Karya terakhir tersebut bisa saja selesai lebih dulu ketimbang Perjalanan 13. Penamaan karya tersebut tidak akan kebalik sekalipun selesainya karya tidak urut. Perjalanan terakhir sekarang telah sampai pada urutan 436.
Uniknya lagi, setiap kali melukis, Makhfud tidak berangkat dari ide. “Lukisanku adalah kejujuran perasaanku. Saya melukis bukan hanya karena bisa melukis, tetapi lebih karena saya memiliki. Saya melukis berangkat tanpa ide, tak punya tendensi apa-apa dan betul-betul berangkat dari nol, yang ada hanya niat,” jelasnya.
Dalam kerja proses pelaksanaan niat inilah, tambahnya, imajinya berjalan dan berkembang. Elemen-elemen rupa muncul dari bawah sadar. Ia tak pernah berpikir mempertimbangkan hubungan antara elemen-elemen tersebut atau mencari maknanya. “Semua terjadi begitu saja,” katanya.
Bagi pelukis lain yang seusianya, terkadang berhenti berkarya dengan alasan tak punya ide-ide lagi. Namun, bagi Makhfoed, melukis dengan tanpa idepun bisa menepis alasan tersebut. “Semakin tua seharusnya semakin matang dan semakin eksis berkarya,” tandas Makhfoed.
Pelukis lulusan Akademi Seni Rupa Surabaya (AKSERA) ini memiliki alasan khusus memilih gedung Gedung Krishna Mustajab AKSERA sebagai tempat menggelar pamerannya. Dia ingin menggalakan ajang pameran di gedung tersebut yang selama ini terbilang jarang. “Saya mentargetkan minimal tiga bulan sekali di gedung ini ada pameran lukisan,” harapnya. Melalui pameran ini, dia juga berpesan kepada pelukis-pelukis pemula untuk mengasah skill dan wawasan. “Seorang pelukis harus cerdas,” jelasnya.
Mengenai lukisan Makhfoed, Habib Faisal berkomentar, “Beliau berani bermain warna, suka mengeksplore warna-warna kontras.” Untuk tekniknya, siswa semester III STKW tersebut menilai tidak terlalu ribet. “Pak Makhfoed hanya menggunakan teknik blok dan arsir, cukup simpel,” jelasnya.
Sama halnya dengan Habib Faisal, Mardina Mayangsari menganggap lukisan Makhfoed berkarakter. Karakter tersebut muncul dari komposisi warna. “Beliau berani menggunakan warna-warna yang cerah dan kontras,” kata siswa kelas III SMSR tersebut.
Komentar masalah tema, Founder Henk Publica, Henky Kurniadi menilai makna perjalanan tetap kontekstual, karena pada hakikatnya perjalanan tidak pernah selesai, bahkan sampai kita berpindah ke alam lain pun, kita tetap melanjutkan perjalanan tersebut.
Diterbitkan di Surabaya Post (Jumat, 21 November 2008)
0 comments:
Posting Komentar